7 Langkah Gen Z Untuk Jadi Influencer: Susah Cari Kerja, Jadi Seleb Solusinya - genzii

07/04/25

7 Langkah Gen Z Untuk Jadi Influencer: Susah Cari Kerja, Jadi Seleb Solusinya

Membangun Brand Pribadi: Keterampilan Gen Z untuk Jadi Influencer


Halo, temen-temen genzii! Apa kabar kalian semua? Aku harap kalian lagi dalam mood yang vibin’, karena hari ini kita bakal ngobrolin sesuatu yang bikin hidup kita di era digital jadi lebih lit: membangun brand pribadi. 

Yep, ini bukan cuma soal jadi influencer yang punya jutaan followers atau konten aesthetic di feed Instagram, tapi tentang membangun identitas yang kuat, autentik, dan punya dampak nyata. 

Sebagai Gen Z, kita punya semua tools, kreativitas, dan energi untuk jadi game-changer di dunia ini. 

Jadi, ambil iced matcha latte kamu, duduk manis, dan let’s dive into this journey bareng aku!

7 Langkah Gen Z Untuk Jadi Influencer: Susah Cari Kerja, Jadi Seleb Solusinya



Apa Itu Brand Pribadi dan Kenapa Gen Z Harus Care?


Sebelum kita masuk ke langkah-langkahnya, kita breakdown dulu apa sih brand pribadi itu. 

Bayangin brand pribadi sebagai “vibe check” kamu di dunia online—cara orang lain nge-judge siapa kamu, apa yang kamu wakilin, dan kenapa mereka harus peduli. 

Ini bukan cuma tentang foto cakep di Instagram atau video dance di TikTok, tapi tentang nilai yang kamu bawa ke meja, cerita yang kamu share, dan pesan yang nyambung sama audiens kamu.

Buat Gen Z kayak kita, brand pribadi itu penting banget. Kenapa? 

Karena kita hidup di tahun 2025, di mana dunia digital udah jadi bagian dari DNA kita. 

Menurut laporan Hootsuite (2024), 62% Gen Z di seluruh dunia pengen punya karier yang fleksibel—entah itu jadi influencer, content creator, freelancer, atau entrepreneur. 

Nah, brand pribadi adalah tiket masuk buat semua itu. Mau jadi beauty guru yang ngasih tips skincare, tech geek yang review gadget, atau aktivis yang ngomongin isu lingkungan? 

Semua dimulai dari membangun identitas yang solid.

Aku sendiri mulai nyadar pentingnya brand pribadi pas aku masih SMA, sekitar dua tahun lalu. 

Waktu itu aku cuma iseng bikin video TikTok tentang skincare routine aku pake produk drugstore. Aku nggak expect apa-apa, cuma pengen share aja. 

Tapi tiba-tiba, video itu nembus 10K views, dan orang-orang mulai DM aku buat minta tips. 

Dari situ aku mikir, “Wait, apa aku bisa bikin ini jadi sesuatu yang lebih serius?” 

Dan ternyata, bisa banget! 

Hari ini, aku mau ceritain perjalanan aku, plus kasih semua tips yang aku pelajari, biar kalian juga bisa mulai dari sekarang.

Langkah 1: Temukan Passion dan Niche yang Bikin Kamu Glow Up


Oke, langkah pertama buat membangun brand pribadi adalah tahu apa yang bikin kamu on fire. 

Passion itu kayak bahan bakar—tanpa itu, kamu bakal kehabisan bensin di tengah jalan. Tapi jangan cuma berhenti di “Aku suka bikin konten.” Zoom in lebih dalam lagi. 

Apa yang bikin kamu beda? Apa yang bisa bikin orang bilang, “Oh, ini sih khas banget dia”?

Contohnya, aku dulu cuma tahu aku suka skincare. 

Tapi setelah aku riset dan coba-coba, aku nemuin niche aku di “skincare affordable buat remaja.” Spesifik, relatable, dan ternyata banyak banget Gen Z yang nyari solusi kayak gitu. 

Jadi, coba tanya ke diri kamu sendiri: apa yang aku suka, aku kuasai, dan orang lain butuhin?

Buat bantu kamu mulai, coba ikutin langkah ini:

Tulis 3-5 hal yang kamu suka banget. Misalnya: gaming, fashion sustainable, mental health, atau bikin meme.

Riset apa yang lagi hot di niche itu. Buka Google Trends, ketik kata kunci kayak “gaming 2025” atau “sustainable fashion Gen Z,” trus lihat datanya. Atau cek hashtag di X sama TikTok—apa yang orang omongin?

Pilih satu yang paling clickable sama passion kamu.

Misalnya, kamu suka gaming. Data dari Statista (2024) bilang kalau konten gaming di TikTok naik 45% di kalangan Gen Z tahun ini, terutama gameplay sama reaction video. 

Kalau kamu suka main Valorant, mungkin niche kamu bisa jadi “tips Valorant buat pemula” atau “review skin Valorant yang worth it.” See? Spesifik dan punya audiens!

Aku inget banget waktu aku stuck milih niche. 

Aku bingung antara skincare sama lifestyle. 

Akhirnya aku coba dua-duanya selama sebulan, dan ternyata skincare lebih banyak yang nyanyi. 

Jadi, jangan takut eksperimen di awal—trial and error itu wajar!

Langkah 2: Ceritakan Kisahmu—Be Real, Be You


Gen Z itu punya radar buat nge-detect yang fake. Kita nggak suka sama influencer yang cuma ikut tren tanpa punya soul. 

Makanya, kalau mau bangun brand pribadi yang kuat, kamu harus autentik. 

Dan cara terbaik buat autentik adalah ceritain kisahmu sendiri.

Aku punya pengalaman pribadi soal ini. 

Dua tahun lalu, aku pernah share di Instagram Story tentang perjuangan aku ngatasin jerawat pas SMP. 

Aku ceritain betapa aku takut keluar rumah karena malu, sampe akhirnya aku nemuin skincare yang cocok. 

Aku nggak cuma kasih tips, tapi juga buka-bukaan soal insecurity aku. 

Hasilnya? DM aku kebanjiran sama orang-orang yang bilang, “Aku juga gitu!” atau “Makasih udah share, aku jadi nggak ngerasa sendirian.”

Menurut artikel di Forbes (2024), 78% Gen Z lebih trust sama influencer yang punya cerita personal dibanding yang cuma jualan produk. 

Jadi, jangan takut buat jadi vulnerabel. Ceritain momen awkward kamu, kegagalan yang bikin nangis, atau mimpi terbesar yang bikin deg-degan. 

Itu yang bikin orang connect sama kamu.

Contoh lain: temen aku, Rian, mulai jadi influencer di niche mental health. 

Dia ceritain gimana dia pernah struggle sama anxiety di sekolah, dan sekarang dia bikin konten tentang mindfulness buat remaja. 

Followers-nya nggak cuma tambah banyak, tapi juga aktif banget kasih support. Itu kekuatan storytelling!

Langkah 3: Kuasai Media Sosial—Strategi Over Scrolling


Kita semua tahu Gen Z itu born with Wi-Fi. Media sosial udah kayak oksigen buat kita. 

Tapi ada bedanya antara scroll TikTok sampe lupa waktu sama bikin konten yang bikin orang notice. 

Aku belajar ini dari pengalaman pahit—dulu aku posting kapan aja tanpa rencana. 

Pagi bikin video, malem upload, besok lupa. Hasilnya? Engagement aku stuck di angka 50 likes.

Sekarang aku lebih teratur. Aku punya jadwal simpel:

  1. Senin: Post edukasi skincare di IG (misalnya, “5 produk under 50K buat kulit berminyak”)
  2. Rabu: Bikin TikTok challenge yang relate sama niche aku (contoh, “Coba skincare ini 7 hari, tag aku!”)
  3. Jumat: Live di X buat Q&A bareng followers

Tips dari aku: pilih platform yang cocok sama vibe kamu. 

Kalau kamu suka bikin visual, Instagram sama TikTok adalah holy grail. 

Kalau kamu suka diskusi atau share opini, X lebih pas. Dan jangan lupa optimasi SEO—pakai kata kunci kayak “tips skincare remaja” atau “cara jadi influencer Gen Z” di caption, bio, atau deskripsi video. 

Ini bikin konten kamu lebih gampang ditemuin di search engine atau hashtag.

Aku juga pernah coba kolaborasi sama temen yang punya niche beda. 

Misalnya, aku collab sama temen yang fokus ke fashion, bikin konten “OOTD + skincare routine.” 

Hasilnya? Audiens kami saling bertukar, dan engagement naik dua kali lipat. 

Jadi, jangan takut buat connect sama creator lain.

Langkah 4: Konsisten Tapi Jangan Sampe Burnout


Konsistensi adalah nyawa dari brand pribadi. 

Tapi real talk: aku pernah burnout gara-gara terlalu ngotot. Dua tahun lalu, aku push diri sampe nggak tidur dua hari cuma buat edit video buat challenge TikTok. 

Akhirnya aku sakit, dan malah nggak bisa bikin konten selama seminggu. 

Dari situ aku sadar—konsisten itu penting, tapi kesehatan mental dan fisik lebih utama.

Sekarang aku punya content calendar simpel. 

Seminggu aku targetin 3 post di IG, 2 video TikTok, dan 1 thread di X. 

Sisanya, aku kasih waktu buat istirahat atau brainstorming ide baru. 

Data dari Sprout Social (2024) bilang Gen Z lebih value kualitas daripada kuantitas—jadi, fokus ke konten yang punya makna, bukan cuma numpuk postingan.

Aku juga punya trik biar nggak bosen: batching. 

Misalnya, aku luangin satu hari buat rekam 5 video sekaligus, trus aku edit dan jadwalin upload-nya selama seminggu. 

Efisien banget, dan aku masih punya waktu buat Netflix-an!

Langkah 5: Bangun Komunitas, Bukan Cuma Followers


Influencer yang beneran sukses itu nggak cuma punya followers, tapi komunitas. 

Aku inget banget pertama kali aku bikin grup WhatsApp buat ngobrol sama followers aku tentang skincare. 

Awalnya cuma 10 orang, tapi lama-lama jadi 50, dan mereka aktif banget kasih saran atau share pengalaman. 

Mereka bahkan bantu promosiin konten aku secara organik—tanpa aku minta!

Cara gampang buat mulai bangun komunitas:

  • Reply semua DM atau komentar (setidaknya di awal, biar orang ngerasa di-notice)
  • Bikin konten interaktif, kayak poll di IG Story (“Kalian tim exfoliate atau nggak?”) atau “Tag temenmu yang butuh ini!”
  • Adain giveaway kecil-kecilan, misalnya bagi-bagi sheet mask gratisan buat 5 orang yang paling aktif
Komunitas itu kayak keluarga digital kamu. 

Mereka yang bakal jadi support system pas ada hate comments, dan mereka juga yang bikin brand kamu tahan lama. 

Aku pernah kena hate comment soal pilihan produk aku, tapi followers aku langsung bantu jelasin kenapa aku pilih itu. Priceless banget!

Langkah 6: Belajar dari Data dan Stay Flexible


Salah satu hal yang bikin aku takjub sama dunia digital adalah semua bisa diukur. Pakai analytics di IG, TikTok, atau X buat lihat apa yang works dan apa yang nggak. 

Contoh, aku notice kalau video “before-after skincare” aku selalu tembus 20K views, sementara tutorial biasa cuma 2K. 

Dari situ, aku bikin lebih banyak konten before-after, dan engagement aku naik drastis.

Jangan takut buat eksperimen. 

Pernah aku coba bikin thread di X tentang “5 mitos skincare yang salah,” dan ternyata orang suka banget—retweet-nya sampe 300! Padahal biasanya aku cuma dapet 20-an. 

Gen Z itu adaptif, jadi jadilah influencer yang fleksibel sama tren, tapi tetep punya core identity.

Langkah 7: Monetisasi Brand Pribadi—Turn Passion into Cash


Setelah brand kamu solid, saatnya cash in. 

Aku mulai dapet sponsor pertama aku dari brand skincare lokal pas followers aku nyampe 5K. 

Bayarannya nggak gede-gede amat, tapi aku excited banget karena itu pertama kalinya aku dibayar buat passion aku. Tapi inget, jangan asal ambil kerjaan—pilih yang align sama nilai kamu. 

Aku pernah nolak endorse produk yang nggak cruelty-free, meskipun bayarannya dua kali lipat dari biasanya. 

Prinsip itu yang bikin aku dipercaya sama audiens.

Cara lain buat monetisasi:

  • Jual merchandise: Aku lagi rencana bikin stiker sama tote bag bertema skincare. Simpel, tapi relatable!
  • Kursus online: Aku pengen bikin “Skincare 101 for Teens” di platform kayak Teachable.
  • Affiliate marketing: Share link produk di bio IG atau TikTok, trus dapet komisi tiap ada yang beli.

Menurut Influencer Marketing Hub (2024), influencer mikro (10K-50K followers) di Indonesia bisa dapet Rp5-20 juta per post. 

Kalau kamu konsisten, bayangin berapa yang bisa kamu dapet dalam setahun!

Studi Kasus: Dari Nol ke 50K Followers dalam Setahun

Biar lebih jelas, aku kasih contoh nyata dari temen aku, Dika. 

Dia mulai dari nol di niche gaming, fokus ke Mobile Legends. Strateginya simpel:

  1. Posting 3 video pendek di TikTok tiap minggu (tips, reaction, sama gameplay)
  2. Bikin thread mingguan di X tentang update patch terbaru
  3. Collab sama streamer kecil lain buat cross-promo

Setahun kemudian, dia udah punya 50K followers di TikTok dan udah mulai dapet sponsor dari brand gaming lokal. Kuncinya? Konsisten, autentik, dan paham audiensnya. Kalian juga bisa gitu!

Tips Bonus: Jaga Mental Health di Tengah Hype Influencer


Jadi influencer nggak selalu glamor. 

Aku pernah baca hate comments yang bikin aku pengen delete semua akun sosial mediaku. 

“Konten lo gitu doang,” “Banyak yang lebih bagus dari lo,”—it hurts, guys. Tapi aku belajar buat filter apa yang masuk ke pikiran aku. 

Aku matiin notifikasi pas lagi cape, dan aku inget bahwa value aku nggak cuma dari likes atau views.

Kalau kamu mulai ngerasa overwhelmed, coba ini:

  • Ambil break sehari dari sosmed
  • Tulis apa yang bikin kamu grateful (aku suka nulis “aku bantu orang lelet-lelet”)
  • Curhat sama temen atau komunitas kamu

Penutup: Start Small, Dream Big, Gen Z!

Membangun brand pribadi itu kayak nanam pohon—nggak langsung jadi gede, tapi kalau kamu rawat, hasilnya bakal bikin orang takjub. 

Aku mulai dari nol, dari video TikTok yang cuma diliat 10 orang, sampe sekarang punya komunitas yang support aku setiap hari. 

Kalian juga bisa! Langkah pertama kamu hari ini apa? 

Tulis di kolom komentar atau DM aku di Tiktok @genzii —aku tunggu cerita kalian, squad!

Share with your friends

Featured

[Featured][recentbylabel]