Wih, hello lagi, Gen Z yang lagi hustle abis! Balik lagi sama aku, Zia, your resident digital buddy yang ditemani sama Momo, si meong kesayangan yang lagi anteng bobo di pangkuanku sambil sesekali gerung-gerung kecil. Semoga kalian semua lagi semangat menjalani hari ini, ya!
Kali ini, kita mau ngobrolin topik yang mungkin lagi relate banget sama kehidupan kita sebagai anak muda di era yang serba cepat dan penuh tekanan ini: burnout. Hayooo, ngaku deh, siapa di sini yang pernah ngerasa capek banget, kayak energinya udah terkuras habis, padahal kerjaan atau tugas kuliah kayak nggak ada habisnya? Atau mungkin kalian sering ngerasa mood jelek, gampang marah, atau bahkan jadi sinis sama segala hal? Kalau iya, bisa jadi kalian lagi ngalamin yang namanya burnout.
Dulu, aku pikir burnout itu cuma dialami sama orang-orang yang udah kerja kantoran bertahun-tahun dengan jam kerja yang gila-gilaan. Tapi ternyata, seiring berjalannya waktu, aku sadar kalau burnout ini nggak pandang usia. Bahkan kita, para Gen Z yang masih muda belia ini, juga rentan banget mengalaminya. Aneh ya? Padahal kan katanya masa muda itu masa-masa penuh semangat dan energi.
Momo nih, kalau udah capek main, dia langsung tidur nyenyak tanpa beban. Enaknya jadi kucing, ya kan? Kalau kita? Udah capek fisik, capek pikiran juga. Belum lagi mikirin masa depan, karir, hubungan, dan segudang ekspektasi lainnya. Nggak heran kalau kadang kita ngerasa kayak baterai handphone yang udah lowbat banget dan butuh dicas ulang.
Nah, di artikel kali ini, aku pengen banget ngebahas lebih dalam soal burnout di usia muda. Kenapa sih hal ini bisa terjadi sama kita? Apa aja gejalanya? Dan yang paling penting, gimana caranya kita bisa mencegah dan mengatasi burnout ini biar kita bisa tetap slay dan menikmati hidup kita sepenuhnya? Yuk, kita bahas satu per satu!
Sebenarnya, Burnout Itu Apa Sih?
Sebelum kita bahas lebih jauh, penting banget buat kita punya pemahaman yang sama dulu soal apa itu burnout. Secara sederhana, burnout adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres berkepanjangan dan berlebihan. Biasanya, burnout ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara tuntutan yang kita hadapi dengan sumber daya yang kita miliki untuk mengatasinya.
Bayangin aja kayak kamu lagi ngejar deadline tugas kuliah atau proyek kerjaan yang super berat. Kamu harus begadang setiap malam, kurang tidur, kurang makan, dan terus-terusan mikirin kerjaan. Lama-kelamaan, tubuh dan pikiran kamu pasti akan kewalahan dan akhirnya mencapai titik burnout.
Burnout ini beda ya sama stres biasa. Kalau stres biasa biasanya bersifat sementara dan bisa hilang setelah kita mengatasi sumber stresnya, burnout ini lebih kronis dan bisa berdampak lebih serius pada kesehatan fisik dan mental kita. Orang yang mengalami burnout seringkali merasa sinis, mudah marah, kehilangan motivasi, dan merasa tidak efektif dalam melakukan pekerjaannya.
Kenapa Kita, Gen Z, Bisa Mengalami Burnout?
Nah, ini nih pertanyaan pentingnya. Kenapa sih kita yang masih muda ini kok bisa gampang banget kena burnout? Padahal kan katanya masa muda itu masa-masa yang penuh semangat dan energi. Ternyata, ada banyak faktor yang bikin kita rentan mengalami burnout di usia muda ini.
1. Tekanan untuk Sukses di Usia Muda:
Di era media sosial ini, kita sering banget melihat teman-teman kita yang seusia udah pada sukses dengan karirnya, punya bisnis sendiri, atau bahkan udah mencapai milestone-milestone tertentu dalam hidupnya. Hal ini tanpa sadar bisa menciptakan tekanan yang besar buat kita untuk juga segera sukses di usia muda. Kita jadi merasa harus terus-terusan hustle dan mencapai sesuatu yang besar secepat mungkin.
Padahal nih ya, setiap orang punya timeline hidupnya masing-masing. Nggak ada aturan baku kapan seseorang harus sukses. Terlalu fokus pada pencapaian orang lain dan memaksakan diri untuk sukses terlalu cepat justru bisa memicu stres dan akhirnya berujung pada burnout.
2. Budaya Hustle (Hustle Culture):
Istilah hustle culture lagi populer banget di kalangan anak muda. Budaya ini memuja kerja keras tanpa henti dan menganggap istirahat itu sebagai tanda kemalasan. Kita jadi merasa bersalah kalau nggak terus-terusan produktif dan melakukan sesuatu yang menghasilkan. Akibatnya, kita jadi mengabaikan kebutuhan istirahat dan self-care kita, yang pada akhirnya bisa menyebabkan burnout.
Padahal nih ya, istirahat itu penting banget buat memulihkan energi fisik dan mental kita. Tubuh dan pikiran kita juga butuh waktu untuk recharge. Memaksakan diri untuk terus-terusan bekerja tanpa istirahat justru bisa menurunkan produktivitas dan kualitas kerja kita dalam jangka panjang.
3. Peran Media Sosial:
Seperti yang udah kita bahas di artikel sebelumnya, media sosial punya peran yang cukup signifikan dalam memicu anxiety. Nah, nggak cuma anxiety, media sosial juga bisa berkontribusi pada burnout. Kita seringkali melihat highlight reel kehidupan orang lain di media sosial, yang membuat kita merasa hidup kita nggak sekeren atau sesukses mereka. Hal ini bisa memicu rasa insecure dan akhirnya membuat kita merasa harus bekerja lebih keras lagi untuk bisa terlihat sukses di mata orang lain.
Selain itu, media sosial juga bisa membuat kita merasa selalu terhubung dengan pekerjaan atau tugas kuliah. Kita jadi susah untuk benar-benar disconnect dan menikmati waktu istirahat kita karena selalu ada notifikasi atau pesan yang masuk.
4. Tekanan Akademik dan Karir:
Sebagai Gen Z, kita juga menghadapi tekanan yang cukup besar dalam hal pendidikan dan karir. Persaingan untuk masuk ke universitas impian atau mendapatkan pekerjaan yang bagus semakin ketat. Kita jadi merasa harus terus-terusan belajar, ikut berbagai macam kegiatan, dan membangun skill sebanyak mungkin agar bisa unggul dari yang lain.
Tekanan ini bisa sangat melelahkan, terutama kalau kita nggak punya support system yang baik atau kalau kita merasa nggak punya kendali atas apa yang kita lakukan.
5. Masalah Keuangan:
Banyak dari kita yang di usia muda ini juga sudah harus menghadapi masalah keuangan, entah itu untuk biaya kuliah, biaya hidup sehari-hari, atau bahkan untuk membantu keluarga. Tekanan untuk mencari uang dan memenuhi kebutuhan finansial ini juga bisa menjadi sumber stres yang signifikan dan berkontribusi pada burnout.
6. Kurangnya Keseimbangan Hidup (Work-Life Balance):
Di usia muda ini, kita seringkali punya banyak sekali hal yang ingin kita lakukan, mulai dari belajar, bekerja, bergaul, sampai mengejar hobi. Tapi sayangnya, kita seringkali kesulitan untuk menyeimbangkan semua hal ini. Kita jadi terlalu fokus pada satu atau dua aspek kehidupan kita dan mengabaikan aspek lainnya. Ketidakseimbangan inilah yang bisa memicu burnout.
7. Perfeksionisme:
Banyak dari kita yang punya kecenderungan untuk menjadi perfeksionis. Kita selalu ingin melakukan segala sesuatu dengan sempurna dan nggak mau melakukan kesalahan. Standar yang terlalu tinggi ini bisa membuat kita merasa tertekan dan cemas, terutama kalau kita merasa nggak bisa memenuhi ekspektasi diri sendiri. Perfeksionisme yang berlebihan juga bisa membuat kita jadi lebih rentan terhadap burnout.
8. Kurangnya Dukungan Sosial:
Ketika kita merasa stres atau tertekan, dukungan dari orang-orang di sekitar kita itu sangat penting. Tapi sayangnya, nggak semua dari kita punya support system yang kuat. Beberapa dari kita mungkin merasa sendirian atau nggak punya tempat untuk berbagi beban pikiran. Kurangnya dukungan sosial ini bisa membuat kita jadi lebih rentan terhadap burnout.
9. Ekspektasi yang Tidak Realistis:
Kadang, kita punya ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap diri sendiri atau terhadap apa yang bisa kita capai dalam waktu tertentu. Ketika kenyataan nggak sesuai dengan ekspektasi kita, kita bisa merasa kecewa, frustrasi, dan akhirnya burnout.
10. Mentalitas "Always On":
Di era digital ini, kita seringkali merasa harus selalu terhubung dan responsif terhadap segala sesuatu. Kita jadi susah untuk benar-benar disconnect dari pekerjaan atau tugas kuliah, bahkan di waktu istirahat sekalipun. Mentalitas "always on" ini bisa membuat kita merasa terus-terusan bekerja dan nggak punya waktu untuk benar-benar bersantai dan memulihkan energi.
Apa Saja Gejala Burnout?
Penting banget buat kita bisa mengenali gejala-gejala burnout pada diri kita sendiri maupun pada orang-orang di sekitar kita. Semakin cepat kita menyadari adanya gejala burnout, semakin cepat pula kita bisa mengambil tindakan untuk mencegahnya menjadi lebih parah.
Beberapa Gejala Umum Burnout:
- Kelelahan Fisik dan Mental yang Ekstrem: Merasa sangat lelah sepanjang waktu, bahkan setelah tidur yang cukup. Merasa seperti nggak punya energi untuk melakukan apapun.
- Perasaan Sinis dan Jauh dari Pekerjaan/Studi: Merasa negatif dan sinis terhadap pekerjaan atau studi. Merasa nggak peduli lagi dengan apa yang kamu lakukan.
- Penurunan Performa dan Produktivitas: Merasa sulit untuk fokus dan berkonsentrasi. Sering melakukan kesalahan dan merasa tidak efektif dalam bekerja atau belajar.
- Mudah Marah dan Tersinggung: Menjadi lebih sensitif dan mudah marah atau tersinggung terhadap hal-hal kecil.
- Merasa Terisolasi dan Menarik Diri: Menghindari interaksi sosial dan merasa sendirian meskipun berada di sekitar banyak orang.
- Perubahan Pola Tidur dan Makan: Mengalami kesulitan tidur (insomnia) atau tidur terlalu banyak. Nafsu makan berkurang atau justru meningkat secara drastis.
- Sakit Kepala atau Sakit Perut: Mengalami keluhan fisik seperti sakit kepala, sakit perut, atau masalah pencernaan lainnya.
- Kehilangan Motivasi dan Minat: Kehilangan minat pada hal-hal yang dulunya kamu sukai. Merasa sulit untuk merasa antusias atau bersemangat.
- Merasa Tidak Berdaya dan Putus Asa: Merasa nggak punya kendali atas situasi yang kamu hadapi dan merasa nggak ada harapan untuk perubahan yang lebih baik.
Momo Says: "Meoow... (Artinya: Kalau kamu kelihatan lesu kayak gini, aku jadi ikutan sedih.)"
Gimana Cara Mencegah dan Mengatasi Burnout? Ini Tips dari Zia dan Momo!
Oke, sekarang kita udah tahu nih kenapa burnout bisa terjadi di usia muda dan apa aja gejalanya. Terus, gimana dong cara mencegah dan mengatasinya? Tenang, guys! Aku dan Momo punya beberapa tips yang mungkin bisa kalian coba. Ingat ya, setiap orang punya cara yang berbeda-beda, jadi coba aja beberapa tips ini dan lihat mana yang paling cocok buat kalian.
1. Prioritaskan Self-Care:
Ini adalah kunci utama untuk mencegah dan mengatasi burnout. Ingatlah bahwa kamu nggak bisa terus-terusan memberikan yang terbaik kalau kamu sendiri nggak dalam kondisi yang baik. Luangkan waktu untuk merawat diri sendiri, baik secara fisik maupun mental. Pastikan kamu mendapatkan tidur yang cukup, makan makanan yang bergizi, berolahraga secara teratur, dan melakukan hal-hal yang kamu nikmati.
Tips Praktis:
- Jadwalkan Waktu Istirahat: Sama seperti kamu menjadwalkan waktu untuk belajar atau bekerja, jadwalkan juga waktu untuk beristirahat dan melakukan hal-hal yang kamu sukai.
- Ciptakan Rutinitas yang Sehat: Cobalah untuk memiliki rutinitas tidur dan makan yang teratur.
- Lakukan Aktivitas yang Membuatmu Bahagia: Luangkan waktu untuk melakukan hobi atau aktivitas yang bisa membuatmu merasa rileks dan bahagia, misalnya mendengarkan musik, membaca buku, menonton film, atau bermain dengan hewan peliharaan.
2. Tetapkan Batasan (Set Boundaries):
Belajarlah untuk mengatakan "tidak" pada hal-hal yang bisa membuatmu merasa kewalahan. Jangan merasa bersalah kalau kamu nggak bisa memenuhi semua permintaan orang lain. Ingatlah bahwa kamu punya batasan dan penting untuk menghargai batasan tersebut.
Tips Praktis:
- Belajar Mengatakan "Tidak": Jangan takut untuk menolak permintaan yang menurutmu terlalu memberatkan atau tidak sesuai dengan prioritasmu.
- Batasi Jam Kerja/Belajar: Tetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja/belajar dengan waktu istirahat dan bersantai.
- Jangan Ragu untuk Meminta Bantuan: Kalau kamu merasa kewalahan, jangan ragu untuk meminta bantuan dari teman, keluarga, atau kolega.
3. Kelola Waktu dengan Baik:
Pelajari cara mengelola waktu dengan efektif. Buat daftar tugas, prioritaskan tugas-tugas yang paling penting, dan pecah tugas-tugas besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar terasa lebih mudah dikerjakan.
Tips Praktis:
- Gunakan Aplikasi atau Tools Pengelola Tugas: Ada banyak aplikasi atau tools yang bisa membantu kamu untuk mengatur jadwal dan tugas-tugasmu.
- Terapkan Teknik Time Blocking: Alokasikan blok waktu tertentu untuk setiap tugas atau aktivitas.
- Hindari Multitasking: Cobalah untuk fokus pada satu tugas dalam satu waktu agar bisa lebih efektif dan efisien.
4. Delegasikan Tugas Jika Memungkinkan:
Kalau kamu punya kesempatan untuk mendelegasikan tugas kepada orang lain, jangan ragu untuk melakukannya. Ingatlah bahwa kamu nggak harus melakukan semuanya sendiri.
5. Ambil Istirahat Secara Teratur:
Jangan memaksakan diri untuk terus-terusan bekerja atau belajar tanpa istirahat. Ambil istirahat singkat secara teratur untuk meregangkan tubuh, menjernihkan pikiran, atau sekadar minum air.
6. Kembangkan Hobi dan Minat di Luar Pekerjaan/Studi:
Memiliki hobi dan minat di luar pekerjaan atau studi bisa menjadi cara yang bagus untuk melepaskan stres dan mengisi kembali energi. Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang kamu sukai dan yang bisa membuatmu merasa senang dan bersemangat.
7. Jalin Hubungan Sosial yang Positif:
Hubungan sosial yang positif dengan teman, keluarga, atau komunitas bisa menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berharga. Luangkan waktu untuk berinteraksi dengan orang-orang yang kamu sayangi dan yang bisa memberikanmu semangat dan dukungan.
8. Cari Dukungan Jika Dibutuhkan:
Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kalau kamu merasa burnout kamu sudah terlalu parah. Berbicara dengan seseorang yang bisa mendengarkan dan memberikanmu perspektif yang berbeda bisa sangat membantu.
9. Latih Mindfulness dan Teknik Pengurangan Stres:
Cobalah untuk melatih mindfulness dan teknik-teknik pengurangan stres seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dalam. Teknik-teknik ini bisa membantu kamu untuk lebih tenang, fokus, dan mengurangi rasa cemas dan stres.
10. Evaluasi Kembali Tujuan dan Prioritasmu:
Coba evaluasi kembali tujuan dan prioritasmu dalam hidup. Apakah kamu merasa terlalu banyak menuntut diri sendiri? Apakah tujuan-tujuanmu masih relevan dengan nilai-nilai dan keinginanmu yang sebenarnya? Jangan takut untuk menyesuaikan tujuan dan prioritasmu jika memang diperlukan.
11. Belajar untuk Disconnect:
Buat batasan yang jelas antara kehidupan profesional/akademik dengan kehidupan pribadi. Usahakan untuk benar-benar disconnect dari pekerjaan atau tugas kuliah di waktu istirahat atau di akhir pekan. Matikan notifikasi handphone atau letakkan handphone di tempat yang jauh agar kamu nggak tergoda untuk terus-terusan mengeceknya.
12. Rayakan Pencapaian Kecil:
Jangan hanya fokus pada tujuan akhir yang besar. Rayakan juga setiap pencapaian kecil yang kamu raih di sepanjang jalan. Ini bisa membantu kamu untuk tetap termotivasi dan menghargai proses yang kamu jalani.
Momo Says: "Meooow... purrrr... (Artinya: Jangan lupa elus-elus aku juga ya, itu bisa bikin kamu rileks.)"
Pentingnya Istirahat dan Keseimbangan:
Ingatlah bahwa istirahat itu bukan tanda kemalasan, tapi merupakan kebutuhan penting bagi kesehatan fisik dan mental kita. Keseimbangan antara pekerjaan/studi, kehidupan sosial, dan waktu untuk diri sendiri itu sangat penting untuk mencegah burnout dan menjaga kualitas hidup kita.
Jangan merasa bersalah kalau kamu mengambil waktu untuk beristirahat atau melakukan hal-hal yang kamu sukai. Justru dengan beristirahat, kamu akan bisa kembali bekerja atau belajar dengan energi dan semangat yang baru.
Kamu Lebih Penting dari Segalanya!
Guys, burnout itu nyata dan bisa terjadi pada siapa saja, termasuk kita para Gen Z yang masih muda ini. Jangan pernah meremehkan dampaknya dan jangan pernah merasa sendirian kalau kamu sedang mengalaminya.
Ingatlah bahwa kesehatan kamu, baik fisik maupun mental, itu jauh lebih penting daripada pekerjaan, tugas kuliah, atau ekspektasi orang lain. Jangan sampai kamu mengorbankan kesehatanmu demi mencapai sesuatu yang sebenarnya nggak sepadan.
Jaga diri baik-baik ya! Jangan lupa untuk selalu mendengarkan apa yang tubuh dan pikiranmu butuhkan. Kalau kamu merasa butuh istirahat, istirahatlah. Kalau kamu merasa butuh bantuan, jangan ragu untuk mencari bantuan. Kamu berharga dan kamu pantas untuk bahagia dan sehat!
Semoga artikel ini bermanfaat buat kalian ya! Kalau kalian punya pengalaman atau tips lain seputar burnout di usia muda, jangan ragu untuk berbagi di kolom komentar. Kita bisa saling belajar dan mendukung satu sama lain.
Sampai jumpa di artikel berikutnya! Tetap semangat, tetap jaga kesehatan, dan jangan lupa sayangi diri sendiri!
